menu

Sunday, August 6, 2017

INKLUSIF

PENGERTIAN INKLUSIF
oleh : Minten Ayu Larassati S.Pd.I,M.Pd.I

Secara etimologi kata inklusif dan ekslusif merupakan bentuk kata jadian yang berasal dari bahasa Inggris inclusive memiliki makna termasuk di dalamnya. Inklusif dalam kamus ilmiah adalah termasuk, terhitung di dalamnya.[1] Inklusif secara terminologi adalah pemahaman yang mengakui keberadaan agama lain dan masih mempercayai bahwa agama yang dianut adalah benar walaupun bisa melihat kebenaran yang diusung oleh agama lain. Ketika seseorang menyadari dan mengakui kehadiran agama-agama lain, ia mulai berubah menjadi seorang yang inklusif.
Mulyadi Kartanegara mendefinisikan inklusivisme adalah keterbukaan diri terhadap unsur luar melalui kemampuan melakukan resiasi dan seleksi secara konstrukif.[2] Teologi inklusif dalam bangunan Nurcholis Madjid adalah penekanannya untuk memahami pesan Tuhan yakni ketakwaan, takwa bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan melainkan sebagai istilah ”god consciousness” kesadaran ketuhanan yakni kesadaran bahwa Tuhan maha hadir (ominipresent) dalam keseharian.[3]
Secara epistimologi teologi inklusif harus masuk bidang-bidang yang mengatasi teologi. Teologi inklusif tidak hanya inklusif bagi umat Islam saja, tetapi juga bagi agama lain. Sikap beragama yang inklusif memang sangatlah urgen untuk menghindari claim of truth dan claim of salvation dalam dunia dewasa ini yang selalu memiliki pluralitas keagamaan sebagai akibat dari hancurnya batas-batas budaya, rasial, bahasa dan geografis. Sikap inklusif memungkinkan seseorang melakukan dialog antar agama lain. Walaupun ia bisa melihat kebenaran yang diusung oleh agama lain, tetapi seorang inklusif masih percaya bahwa agamanya yang paling benar.[4] Dialog antar agama adalah satu bentuk aktivitas yang menyerap ide keterbukaan itu, sebab dialog tidak mungkin dilakukan tanpa adanya sikap terbuka antara masing-masing pihak yang berdialog.[5] Melihat dialektika dan kesatuan gagasan tentang keislaman ke-Indonesiaan dan kemoderatan, Nurcholis Madjid melahirkan ide-ide pendukung (supporting ideas) yang berfungsi memperkuat konstruksi seluruh ide, yakni neo-modernisme, integrasi dan pembangunan. 




[1]Plus A. Partantp, M. Dhalan al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 257.
[2]Mulyadhi Kartanegara, MengIslamkan Nalar Sebuah Respon Terhadap Modernitas (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 80-91.
[3]Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur (Jakarta: Kompas, 2001), hlm. 11-13.
[4]M. Dawam Raharjo, Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),hlm. 232.
[5]Nurcholis Majid, Kautsar Azhari, Komaruddin Hidayat, dkk. Tim Penulis Paramadina, Fikih Lintas Agama Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis (Jakarta: Paramadina anggota IKAP, 2004) hlm. 200.

No comments:

Post a Comment