WORLDVIEW DAN KONSEP ILMU ISLAMI
Mengkaji Worldview Islam dan Barat
Mengenai Terminology serta Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Pemikiran dan Peradaban
Islam.
Oleh; Minten Ayu Larassati
Kehidupan
manusia baik secara individu maupun kelompok akan memiliki worldview (pandangan
dunia) yang dimana setiap kepercayaan, bangsa, peradaban bahkan setiap orang
memiliki worldview masing-masing, dengan mengambil worldview tertentu
tatanan kehidupan manusia mengalami perbedaan satu dengan yang lainnya.
Munculnya worldview di pengaruhi bebrapa faktor, adapun faktor
dominannya adalah sistem kepercayaan, kebudayaan, agama, filsafat, tatanan
nilai dan masih banyak lagi.
Terminology beberapa ahli Barat menjelaskan worldview adalah kepercayaan,
perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai
motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral (Ninian Smart). Worldview
adalah sistim kepercayaan dasar yang integral tentang diri kita,
realitas, dan pengertian eksistensi (An integrated system of basic beliefs
about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence)
(Thomas F Wall). Worldview adalah asas bagi setiap perilaku manusia,
termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia
akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dengan begitu aktifitasnya
dapat direduksi kedalam pandangan hidup (Prof.Alparslan). Setiap aktivitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan
hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktivitas manusia dapat direduksi
menjadi pandangan hidup. (The foundation of all human conduct, including
scientific and technological activities. Every human activity is ultimately
traceable to its worldview and as such it is reducible to that worldview)
Dari
ketiga devinisi tersebut terdapat tiga poin besar yang ada dalam worldview
yaitu satu, worldview adalah motor perubahan sosial. Dua, asas
bagi pemahaman realitas, dan tiga, asas bagi aktifitas ilmiah. Elemen
pembentuk worldview Barat menurut Thomas F Wall adalah kepercayaan kepada
Tuhan, konsep ilmu, konsep realitas, konsep diri, konsep etika, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Ninian Smart unsur yang membentuk worldview adalah doktrin,
mitologi, konsep etika, ritus, pengalaman dan kemasyarakatan.
Dalam
terminology Islam worldview dimaknai sebagai al-tasawwur al-Islami
oleh Sayyid Qutb , Al-Mabda’ al-Islami oleh Syaikh ‘Atif al-Zayn, Islam
Nazariyyat oleh al-Mawdudi, dan ru’yat al-Islam lil Wujud oleh Syed
Mohammad Naquib al-Attas. Pertama, Al-tasawwur al-Islami adalah akumulasi
dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang
memberi gambaran khusus tentang wujud
dan apa-apa yang terdapat di sebalik itu. Kedua, Al-Mabda’ al-Islami. Al-Mabda’ adalah aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan
pada akal, sebab setiap Muslim wajib beriman kepada, hakekat wujud Allah, kenabian
Muhammad SAW, al-Qur’an, hal-hal yang
ghaib. Yang di maksud Al Islami adalah agama Islam sebagai Din yang
diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, dengan dirinya dan lainnya. Ketiga, Islami Nazariyat adalah pandangan hidup yang dimulai dari
konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan
kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan
moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya. Keempat, ru’yaat al-Islam lil-wujud (pandangan Islam tentang wujud) adalah
pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita
dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam
adalah wujud yang total.
Setiap
worldview memiliki elemen atau unsur
yang membentuk, sehingga ia dapat secara kuat di jadikan sebagai
pandagan hidup. Adapun Unsur pembentuk worldview Islam menurut Shaykh
Atif al-Zayn adalah konsep wahyu, konsep Din-daulah, kesatuan spiritual
dan material. Sedang Sayyid Qutb
menjebarkan unsur pembentuknya adalah suatu keseluruhan, dipisahkan oleh
elemen, atau bagian (juz'), dan menurut Naquib Al-Attas unusr
pembentuknya antara lain yaitu konsep tentang hakekat Tuhan, konsep Wahyu
(al-Qur’an), konsep penciptaan, konsep jiwa, konsep ilmu, konsep Din,konsep
kebebasan, nilai dan kebajikan, konsep
kebahagiaan.
Devinisi
tersebut melahirkan gejolak luar biasa yang melahirkan gerakan orientalisme dan
scularism, yang memisahkan antara Barat dan timur (Islam). Untuk melihat
lebih jelas perbedaan tersebut maka hal yang dilakukan adalah membandingkan
kedua pandagan antara worldview Islam dan Barat. Perbedaan tersebut diambil
berdasarkan asas, pendekatan, sifat, makna realitas dan kebenaran, obyek
kajian, dan elemen-elemen yang menyusunnya.
Worldview Barat berisi; Satu, asasnya menggunakan tumpuan berfikir yang
sumbernya berdasarkan rasio manusia dan spekulasi
filosofis. Dua, pendekatan yang diambil adalah dengan metode pendekatan dichotomy,
dimana pendekatan ini membagikan atas dua kelompok yang saling bertentangan. Tiga,
hasil kajian kebenarannya bersifat rasionalitas, terbuka dan selalu
berubah. Empat, pemaknaan realitas dan kebenaran mempertimangkan pandangan
sosial, kultural, empirisisme pengetahuan, dan rasionalitas manusia. Lima, objek
kajian berupa tata nilai yang ada di masyarakat. Enam, Elemen-elemen
pandangan hidup diambil berdasar agama, moralitas, filsafat, politik,
kebebasan, persamaan, dan individualisme. Dari ke enam hal tersebut maka worldview
Barat menempatkan agama sebagai salah satu elemen dari peradaban.
Berbeda
dengan worldview Islam dimana; pertama, asasnya menggunakan
tumpuan brifikir berdasarkan wahyu, hadith, akal, pengalaman, dan intuisi. Dua,
pendekatan yang diambil adalah dengan pendekatan Tawhidi. Tiga, hasil
kajian kebenarannya bersifat otentisitas dan finalitas. Empat, pemaknaan
realitas dan kebenaran mempertimbangkan kajian metafisi yang berasaskan wahyu. Lima,
Objek kajian berupa invisible (tak kelihatan; tak terlihat) dan visible (kelihatan sekali, terang jelas
dan nyata) ‘Ālam al-Mulk & ‘Ālam al-Syahādah. Enam, Elemen-elemen
pandangan hidup diambil berdasar konsep Tuhan, konsep wahyu, penciptaan,
manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai dan moralitas. Dari keenam hal tersebut
maka worldview Islam menempatkan Agama sebagai asas seluruh elemen
peradaban.
Barat
yang menempatkan agama sebagai salah satu elemen dari peradapan maka Worldviewnya
menghasilkan grakan pluralism, liberalism, nihilisme, anti-otoritas, anti worldview,
equality, empiric, dan relativism. Telah kita ketahui worldview gerakan Barat
dapat mengkaburkan kebenaran dan ajaran, sehingga worldview Barat dapat
masuk kedalam tatanan worldview Islam adapun tatanan dari hasil gesekan
tersebut menghasilkan gerakan yang berupa kesamaan agama, feminisme, gerakan gender,
kritis terhadap otoritas ulama dan ilmu-ilmu dalam Islam, kritis terhadap al-Qur’an,
hermeneutika, HAM, dan dekonstruksi/anti syariah.
Dengan
worldview Islam yang menempatkan agama sebagai asas seluruh elemen peradaban,
salah satunya akan mewujudkan tradisi intelektual Islam. Dimana tradisi
intelektual dalam Islam mengiringi munculnya disiplin ilmu-ilmu misalnya
ilmu-ilmu fikih, kalam, hadits, faraidh, falak dan lain sebagainya. al-Suffah
di Madinah adalah Salah satu bukti sejarah akan adanya masyarakat ilmuwan atau
kelompok belajar atau sekolah yang menggunakan tradisi Islam sebagai pandagan
hidup ilmiyah. Framework yang dipakai pada awal
lahirnya tradisi keilmuan sudah tentu adalah kerangka konsep keilmuan Islam (Islamic
conceptual scheme). Indikasi adanya kerangka koseptual ini adalah
usaha-usaha para ilmuan untuk menemukan beberapa isltilah teknis keilmuan yang
canggih.
Berlanjut
pada padangan dunia Islam berpuasat pada aqidah tauhid, dimana ini adalah salah
satu dari tujuh karekteristik pandagan hidup Islam menurut Sayyid Qutb yaitu; Rabbanniyyah
(bersumberdari Allah), bersifat tahabat
(konstan), bersifat shumul (konprehensif), tawazun (seimbang), ijabiyyah
(positif), waqi’iyyah (prakmatis), Tauhid (keesaan). Bertumpu dan
berpusat artinya dijadikan tempat berpijakan berpumpu dalam menjalani kehidupan.
Konsep Tuhan dalam Islam adalah sentral dan tidak sama dengan konsep yang
terdapat dalam tradisi keagamaan lainnya. Karakteristik ini menjadi
karekteristik yang mendasar dari pandagan hidup Islam dimana pernyataan bahwa
Tuahan itu adalah Esa dan segala sesuatu diciptakanNya. Karena itu tidak ada
penguasa selain Dia, tidak ada legislator selain Dia, tidak ada siapapun
yang mengatur kehidupan manusia dan hubungannya dengan dunia dan dengan manusia
serta mkhluk hidup lainnya kecuali Allah. Petunjuk undang-undang dan semua
sistem kehidupan, norma atau nilai yang mengatur hubungan antara manusia
berasal dari padaNya.
Tauhid dalam tatanan
praktis mesti menjadi komitmen keimanan terhadap Allah, keluar dari komitmen
ini berarti keluar dari lingkaran tauhid, bahkan bisa dikatakan fasiq
atau kufur. Nyata, dari komitmen ini setiap pemberhalaan
adalah sesuatu yang harus
dihilangkan
dari kehidupan umat. Tauhid dalam makna universal merupakan paradigma teologis
yang bersifat memerdekakan atau membebaskan manusia. Ekses tauhid ialah
membebaskan manusia dari rantai idolisme, memerdekakan manusia
dari kemapanan yang menyesatkan. Tauhid merupakan komitmen menyeluruh,
mendasar, menjadi patokan bahwa sumber
dan dasar kehidupan adalah Allah, dan bermuara pada aksi
kemanusiaan.
Pandangan tauhid berpatokan pada komitmen meng-Esakan Tuhan (unity of
Good head) akan melahirkan
konsepsi ketauhidan yang lain, dalam wujud
keyakinan akan muncul kesatuan
penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of
mankind), kesatuan pedoman hidup (unity of guidance), dan kesatuan
tujuan hidup (unity of tbe purpose of life) umat manusia. Kelima sudut
pandang ini menjadikan tauhid terpencar-pecar sebagai energi baru untuk
mengaktualkan semangat ketuhanan dalam sistem sosial dan politik, hingga ruang publik sebagai representasi
ruang sosial dilingkupi oleh semangat transcendental.
Implikasi
tauhid terhadap pengembangan dan perkembangan pemikiran dan peradaban adalah
dengan kemunculan institusi-institusi di berbagai bidang. Tauhid merupakan dasar pandangan, tradisi, budaya, politik dan peradaban
masyarakat muslim. Diaplikasikan dengan
ikrar kesaksian bahwa Tuhan (Allah) adalah Esa dan tidak ada
sesuatu yang lain yang menyekutui-Nya bukan sekedar pernyataan verbal
individual semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan ke-Esa-an itu sebagai
basis utama bagi pembentukan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan
masyarakat manusia.
Mengimplementasikan tauhid
dalam tatanan politik yaitu dengan mengikuti segala aturan-aturan yang telah
disebut dalam al-Qur’an dan sunnah. Selain itu implikasi
tauhid terhadap pengembangan dan perkembangan pemikiran dan peradaban adalah
dengan kemunculan institusi-institusi di berbagai bidang yang berlandaskan Islam,
misalnya pendidikan Islam, seni Islam, etika Islam, ekonomi Islam yang penting
seperti bank Islam, asuransi Islam, pasar modern Islam dan sebagainya. Bukti tersebut membuktikan bawa agama Islam
adalah agama sekaligus peradaban. Dengan polanya, Ia dapat mempengaruhi
perkembagan dunia. Perkembangan Islam dijaman modern ini adalah sebagai bukti
bahwa selagi ada Islam, selagi itu pula Islam mampu untuk menjadi peradaban
yang memimpin dunia akan tetap ada.
Pengaruh
worldview non Islam misalnya secularism dan liberalism
adalah dekonstruksi makna Islam, sehingga salah satunya sampai pada kesimpulan
bahwa Islam bukan nama agama Allah yang sempurna, final dan benar. Untuk
menaggapi hal tersebut perlu ada pembantahan secara tegas agar pandagan seperti
itu tidak membahayakan bagi generasi muslim. Adapun salah satu cara adalah pertama,
dengan pemahaman konsepsi Tauhid
atau ajaran Monotheisme dalam Islam disebut suatu konsepsi tertinggi dalam
ajaran ke-Tuhanan (The Highest conception of Godhead). Karena ajaran ini
dengan sendirinya menolak setiap bentuk ideologi dan falsafah diluar konsepsi
tauhdid tersebut. Kedua, konsepsi Tauhid Uluhiyah harus konsisten
terhadap hukum wahyu dalam gagasan keyakinan dan pelaksanaannya. Tanpa
konsistensi keyakinan ini secara gagasan maupun gerak akan dinyatakan sebagai syirik
(musyrik). Ketiga, Realisasi dari tauhid uluhiyah ini adalah pengabdian
(ibadah) hanya kepada Allah. Keempat, perlu dipahami bahwa konsep normative
Tuhan adalah wahyu. Kelima, pemahaman mengenai bahaya secularism
dan liberalism, dimana bahwa secularism ditinjau dari sudut
pandang agama adalah sebuah ajaran yang tidak dapat diterima sebab scularism
adalah seruan utnuk mempergunakan hukum jahiliyah atau hukum positif yang di
ciptakan manusia, bukan hukum yang di tutunkan oleh Allah SWT.
Jika ada orang yang mengtakan sesungguhnya Islam
sekedar agama saja dan perananya hanya pembersih jiwa, penegak syariat dan
tidak ada hubungannya dengan Negara, dasar perundang-undangan, urusan politik,
dan ekonomi. Ketika itu terjadi maka kita waib mengembalikan segala masalah-masalah
dan urusan kepada Allah, karen dengan mengembalikan itu kita berpedoman kepada
kitabNya (al Qur’an), sementara makna mengemablikan segala urusan kepada Rasul
adalah pedoman kepada sunah Rasulullah saw.