METODE PENELITIAN NARATIF
Sebagai Cara dalam Menelusur dan Menguak Cerita dari Hasil Penelitian
Menjadi Sesuatu Yang Bersifat Ilmiyah.
Disampaikan dalam Diskusi Pasca-Sarjan UMS Metode Penelitian dalam
Pendidikan Islam.
Oleh:
Minten Ayu Larassati
A.
Pengantar
Manusia adalah makhluk Storying[1]. Memahami
dunia dan hal-hal yang terjadi adalah dengan membangun narasi untuk menjelaskan
dan menginterpretasikan kejadian baik untuk diri kita sendiri maupun orang
lain. Struktur narasi dan kosa kata yang kita gunakan ketika kita
berinteraksi dan bercerita mengenai kisah dan pengalaman hidup kita secara detail
dan signifikan, akan memberikan informasi tentang posisi sosial dan budaya.[2] Dalam arti ini cerita bukan
hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari penelitian untuk
memahami manusia dan dunianya.
Identitas manusia
dibentuk dan berkembang seturut dengan cerita yang diajarkan kepadanya,
sekaligus cerita yang dituturkan di dalam hidupnya, dengan demikian narasi atua
cerita bisa mempengaruhi/memberikan opini tersendiri bagi penikmat narasi. Metode
naratif hendak memahami kehidupan manusia yang memang penuh dengan ‘cerita’.
Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan sangat kualitatif guna
memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan perubahan waktu.
Di dalam bukunya Wabster
dan Metrova mengajukan tiga hal yang kiranya perlu untuk memahami inti dari
metode naratif. Tiga hal itu dirumuskannya dalam tiga pertanyaan. Mengapa
naratif? Mengapa cerita yang dijadikan sebagai titik tolak penelitian? dan aspek-aspek
apa sajakah yang perlu dikuasai di dalam model penelitian naratif?. Dengan menjawab tiga pertanyaan itu, maka
metode penelitian naratif dapatlah dirumuskan sebagai metode penelitian yang sifatnya
koheren dan integral. Di dalam tulisannya Wabster dan Metrova menyatakan dua
kontribusi metode naratif di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, yaitu satu, metode
naratif membantu menegaskan sejarah dari kesadaran manusia. Metode naratif mau
menganalisis cerita yang dituturkan maupun yang didengarkan orang sedari ia
kecil, dengan demikian cerita tidak hanya membentuk manusia individual, tetapi
juga manusia sebagai keseluruhan, yakni manusia sebagai spesies. Yang kedua pada
level individual, menurut Wabster dan Metrova , cerita adalah cerminan dari
pribadi personal setiap orang. Di dalam cerita terkandung sejarah dan ingatan
tentang masa kecil, remaja, dewasa, sampai masa tua seseorang.[3]
Di dalam filsafat
pendidikannya, John Dewey menggunakan narasi (cerita) sebagai titik tolaknya.
Baginya cerita memiliki pengaruh besar di dalam perkembangan kesadaran diri
manusia. Tidak hanya itu baginya, masyarakat manusia pada umumnya berkembang
dengan berpijak pada tradisi oral (tutur cerita) yang sangat mengedepankan
pendidikan melalui cerita. Maka dari itu cerita memiliki peran yang sangat
penting di dalam pembentukan cara berpikir dan karakter manusia. Jika narasi
memang memiliki peran yang begitu penting di dalam kehidupan, maka penelitian
atasnya juga membantu kita untuk memperoleh pengertian lebih tentang iklim
pendidikan di suatu masyarakat, baik pendidikan dalam bentuk keterampilan
teknis, ataupun pendidikan yang sifatnya lebih teoritis yang sifatnya lebih
membentuk pemikiran dan pandangan dunia (world view).
Dalam makalah ini akan
membahas mengenai narasi yang di gunakan dalam penelitian yang kemudian di
sebut sebagai metode penelitian naratif.
B. Sejarah Narasi[4]
Sejarah
narasi (bahasa Inggris: oral history) para ilmuwan Eropa sejak dua abad berselang
sangat memandang tinggi penggunaan dokumen sebagai dasar penelitian karena
dokumen dianggap dapat mengungkapkan keabadian serta kekinian yang dapat
dirangkul, diinterpretasi dan dieksplanasi sehingga timbul pameo no
documents, no history sikap pandangan ini berangsur-angsur mulai berubah
karena sebetulnya sikap yang demikian merupakan penutup pintu terhadap sejarah
mayoritas penduduk dunia yang tidak terdokumentasi, yang lahir, yang hidup, dan
yang kematinya pun tidak pernah tercatat dalam dokumen apapun. kebanyakan
berasal dari sejarah masyarakat yang terjajah, yang tidak berdaya, buruh,
wanita, anak-anak, dan etnis minoritas, jarang muncul dalam sumber tertulis.
Dalam
perkembangan dengan ditemukan teknologi rekaman dan berkembangnya penelitian
lisan serta pemanfaatannya oleh para sejarawan, mereka yang diam itu telah
diberi ruang untuk ikut bersuara dan dengan demikian dapat ikut berbicara
mengenai masa lampau dan secara bersama ikut menata masa depan. "Sejarah
narasi berhasil membangun pemahaman yang lebih baik mengenai masa lampau dengan
cara menyediakan pandangan dan kisah yang makin luas bagi generasi mendatang.
Kemungkinan yang demokratis yang dibuka oleh sejarah narasi terletak pada
keanekaragaman pandangan yang dapat disediakan. Sejarah narasi dapat
membebaskan peneliti dari kendala-kendala definisi tradisional dan politis
mengenai siapa yang membuat sejarah dan apa yang disebut sumber sejarah.
C.
Pengertian
Penelitian Naratif
1.
Struktur Naratif
Gaya naratif merupakan kekuatan dari riset kualitatif, tekniknya
sama dengan bentuk story telling dimana cara penguraian yang
menghablurkan batas-batas fiksi, jurnalisme dan laporan akademis, “ narratives
in story telling modes blur the lines between fiction, jurnalism and scholarly
studies. Bentuk penelitian naratif antara lain; memakai pendekatan
kronologis sepersis menguraikan peristiwa demi peristiwa di bentangkan secara
perlahan mengikuti proses waktu (slowly over time), seperti ketika
menjelaskan subyek studi mengenai budaya saling-berbagi di dalam kelompok (a
ulture-sharingg group), narasi kehidupan seseorang (the narrative of the
life of on individual) atau evolusi sebuah program atau sebuah organisaasi
(evolution of a program or an organization). Teknik lainnya ialah
seperti menyempitkan dan memfokuskan pembahasan. Laporan juga bisa seperti
pendeskripsian pelbagai kejadian, berdasarkan tema-tema atau persepektif
tertentu. Gaya naratif, dari studi kualitatif bisa juga mengerangkakan sosial
tipikal keseharian hidup seseorang (a typical day in the life) dari sosok individu atau kelompok.[5]
Unsur pokok yang ada disetiap bentuk naratif dalam sastra adalah
plot (alur erita), yang meliputi beginng (awal), middel (tenggah)
dan ending (akhir). Bagian awal yang memperkenalkan tokoh-tokoh, serta
tempat dan waktu terjadinya peristiwa, bagian tengah adalah perkembagan lebih
lanjut konflik awal sampai ke puncak konflik yaitu klimaks, bagian akhir
ditandai dengan penyelesaian konflik (resolution)[6].
2. Devinisi Penelitian Naratif
Menurut Webster dan Metrova, narasi (narrative) adalah suatu metode
penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah
kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan
mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di
dalam aktivitasnya sehari-hari.[7]
Penelitian naratif
adalah studi tentang cerita. Dalam beberapa hal cerita dapat muncul sebagai
catatan sejarah, sebagai novel fiksi, seperti dongeng, sebagai
autobi-ographies, dan genre lainnya. Cerita ditulis melelu proses mendengarkan
dari orang lain atau bertemu secara langsung dengan pelaku melelui wawancara. Studi
tentang cerita dilakukan dalam berbagai disiplin keilmuan, termasuk sastra
kritik, sejarah, filsafat, teori organisasi, dan sosial ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu sosial, cerita dipelajari oleh para antropolog,
SOCI- ologists, psikolog, dan pendidik.[8]
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika
peneliti ingin membuat laporan naratif dari cerita individu. Peneliti membuat
ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti maupun partisipan merasa
nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan membuatnya merasa ceritanya itu
penting dan merasa didengarkan. Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita
memiliki kronologi peristiwa. Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik
(cerita individu) daripada gambar yang lebih luas tentang norma kebudayaan,
seperti dalam etnografi, atau teori-teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory. Desain penelitian
naratif ditinjau secara luas dalam bidang pendidikan baru pada tahun 1990.
Tokoh pendidikan D. Jean Clandinin dan Michael Connelly untuk pertama kalinya
yang memberikan tinjauan penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Mereka
menyebutkan dalam tulisannya beberapa aplikasi penelitian naratif dalam ilmu
sosial, menguraikan proses pengumpulan catatan-catatan naratif dan
mendiskusikan struktur atau kerangka penelitian dan penulisan laporan
penelitian naratif. Tren atau kecenderungan mempengaruhi perkembangan
penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Cortazzi dalam Creswell
mengemukakan tiga faktor. Pertama, sekarang ini ada
peningkatan perhatian pada refleksi guru. Kedua, perhatian lebih ditekankan
pada pengetahuan guru (apa yang mereka tahu, bagaimana mereka berpikir,
bagaimana mereka menjadi profesional, dan bagaimana mereka membuat tindakan
dalam kelas). Ketiga, pendidik mencoba membawa suara guru ke permukaan dengan
memberdayakan guru untuk melaporkan tentang pengalaman mereka.[9]
D. Jenis-Jenis Penelitian Naratif
Jenis
narasi dapat dilihat dengan mengetahui pendekatan apa yang digunakan. Menurut Polkinghorne (1995 hal
12) ada dua pendekatan yang bisa diambi yaitu pendekatan dengan membedakan
antara analisis narasi dan analisis naratif dapat di pahami juga degan narasi
sebagai data: data sebagai narasi.[10]
1.
Analisi narasi
Analisis narasi adalah sebuah paradigma dengan
cara berpikir untuk membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau
taksonomi[11]
jenis
2.
Analisis naratif,
Analisis naratif adalah sebuah paradigma
dengan mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian menyusunya
menjadi cerita dengan menggunakan alur cerita.
Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah
untuk menekankan berbagai bentuk yang ditemukan pada praktek penelitian
naratif. Misalnya: sebuh otobiografi,
biografi, dokumen pribadi, riwayat hidup, personal
accounts,
etnobiografi, otoetnografi. Untuk memperjelas mengenai analisis naratif
tersebut akan di bahas sebagai berikut;
a) Autobiografi bentuk studi naratif dimana individu atau orang
lain yang ditulis subyek penelitian bagi tulisanya sendiri.
b) Biografi
adalah bentuk studi naratif dimana peneliti menulis dan mencatat pengalaman
orang lain. Naratif otobiografi individu yang menjadi subjek studi yang menulis
laporannya. Degan menaganlisis biografi kita dapat menentukan siapa yang menulis dan mencatat
cerita individu.
c) Riwayat
hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman hidup seseorang.
Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan
individu. Dalam pendidikan, studi naratif secara khusus tidak meliputi laporan
dari suatu keseluruhan kehidupan tetapi malah berfokus pada suatu bagian atau
peristiwa tunggal dalam kehidupan individu. Dengan riwayat hidup kita dapat
melihat berapa banyak dari suatu kehidupan yang dapat dicatat dan disajikan oleh
penulis
d) Personal account adalah
suatu naratif mengenai seseorang Sebagai contoh, naratif guru tentang pengalamannya
di dalam kelas. Studi naratif yang lain berfokus pada siswa di dalam kelas.
Beberapa individu yang lain dalam latar pendidikan dapat memberikan cerita,
misalnya tenaga administrasi, pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan
yang lain. Dengan ini kita dapat melihat siapa yang memberikan cerita.
e)
Etnografi adalah deskripsi tentantang kebudayaan suku-suku bangsa yang
hidup; ilmu tentangt pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar
di muka bumi. Misalnya.
Pandangan teoretis untuk Amerika latin menggunakan pandangan “testimonios”, untuk cerita tentang
wanita menggunakan perspektif “feminist”. Suatu pandangan teoretis
dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif atau ideologi yang
memberikan kerangka untuk menyokong dan menulis laporan Apakah suatu pandangan
teoretis digunakan?
Jika
peneliti merencanakan melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan
jenis studi naratif apa yang akan dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis
naratif apa yang akan digunakan memang penting, tetapi yang lebih penting
adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap jenis.
E. Karakteristik Penelitian Naratif
Salah
satu kunci karakteristik yang menonjol dalam penelitian narati adalah terdapat tujuh
karakteristik utama penelitian naratif yaitu:[12]
a)
Pengalaman individu.
Peneliti
naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud
pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Penelitian naratif berfokus memahami
pengalaman masa lalu individu dan bagaimana pengalaman itu memberi kontribusi
pada pengalaman masa sekarang dan masa depan
b)
Kronologi pengalaman.
Memahami
masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah satu
unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi
dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada pemahaman
pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang
dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif
adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu menggunakan
urutan waktu menurut kronologi kejadian
c)
Pengumpulan cerita.
Peneliti
memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu
kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field
texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara
lisan yang mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah
dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan
adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field texts dapat diwakili oleh
informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif.
Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara.
d)
Restorying.
Cerita
pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan
mengurutkannya. Restorying adalah
proses dimana peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci
cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu
untuk menempatkannya dalam urutan kronologis Ada beberapa tahap untuk melakukan
restory :
1) Peneliti
melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
2) Peneliti
mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
3) Peneliti
menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian
atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi.
4) Peneliti
melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
5) Peneliti
mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
6) Peneliti
menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian atau
urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi
e)
Coding tema.
Peneliti
naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau
kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita
dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu.
Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau
memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif
secara khusus memberi tema utama setelah proses restory
f)
Konteks atau latar.
Peneliti
menggambarkan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman individu
menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory
cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau
konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting
dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah
dan organisasi sosial atau sekolah.
g) Kolaborasi.
Peneliti
dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam
penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam
memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi
beberapa tahap dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai
menentukan jenis field texts yang
akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita
pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti dan
partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan
pelapor naratif.
Kolaborasi
juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi
transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan menyusun
langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.
F. Prosedur untuk Melaksanakan Penelitian
Prosedur untuk melakukan
riset narasi menggunakan pendekatan yang diambil oleh Clandinin dan Connelly
(2000) sebagai umum Panduan prosedural, metode melakukan studi narasi tidak
mengikuti pendekatan kunci-langkah, melainkan merupakan koleksi informal topik.
1.
Tentukan apakah masalah
penelitian atau pertanyaan paling cocok narasi penelitian. Penelitian
Narasi yang terbaik untuk menangkap cerita rinci atau kehidupan pengalaman
hidup tunggal atau kehidupan sejumlah kecil individu.
2.
Pilih satu atau lebih
individu yang memiliki cerita atau pengalaman hidup memberitahu, dan
menghabiskan banyak waktu dengan mereka mengumpulkan cerita mereka melalui
kelipatan jenis informasi cerita tentang individu dari anggota keluarga,
mengumpulkan dokumen tersebut sebagai memo atau korespondensi resmi tentang
individu, atau memperoleh pho-tographs, kotak memori (koleksi item yang memicu
kenangan), dan lainnya pribadi-keluarga sosial artefak. Setelah
memeriksa sumber-sumber, peneliti mencatat pengalaman hidup individu.
3.
Mengumpulkan informasi
tentang konteks cerita. Cerita peneliti menempatkan cerita individu dalam
peserta 'pribadi pengalaman- ences (pekerjaan mereka, rumah mereka), budaya
mereka (ras atau etnis), dan mereka-nya torical konteks (waktu dan tempat).
4.
Menganalisis cerita
peserta, dan kemudian "restory" mereka ke dalam kerangka kerja yang
masuk akal. Restorying adalah proses reorganisasi cerita
ke dalam beberapa jenis umum dari kerangka. Kerangka kerja ini dapat
terdiri dari mengumpulkan cerita, menganalisis mereka untuk elemen kunci dari
cerita (misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan), dan kemudian menulis ulang
cerita untuk menempatkan mereka dalam urutan kronologis (Ollerenshaw &
Creswell, 2000). Seringkali ketika individu menceritakan kisah mereka,
mereka tidak hadir dalam kronologis urutan. Selama proses restorying,
peneliti memberikan kausal
Berkolaborasi dengan peserta secara aktif melibatkan mereka dalam penelitian
(Clandinin & Connelly, 2000). Sebagai peneliti mengumpulkan cerita,
mereka menegosiasikan hubungan, transisi halus, dan memberikan cara untuk
menjadi berguna untuk para peserta. Dalam penelitian narasi, tema kunci
telah menjadi turn arah hubungan antara peneliti dan diteliti di mana kedua pihak
akan belajar dan berubah dalam pertemuan (Pinnegar & Daynes, 2006). Dalam
proses ini, para pihak menegosiasikan makna dari cerita, menambahkan
val-aidation periksa untuk analisis (Creswell & Miller, 2000). Dalam
partisipasi Cerita celana juga bisa menjadi cerita jalinan peneliti mendapatkan
wawasan dia atau hidupnya sendiri (lihat Huber & Whelan, 1999). Juga,
dalam cerita mungkin pengalaman luar biasa atau titik
balik di mana alur cerita perubahan arah secara dramatis. Pada akhirnya,
studi narasi menceritakan kisah indi-vidu berlangsung dalam kronologi
pengalaman mereka, mereka diatur dalam per-sonal, sosial, dan sejarah
konteks, dan termasuk tema-tema penting dalam pengalaman-pengalaman
hidup. "Permintaan Narasi adalah kisah hidup dan mengatakan,"
kata[13].
G.
Mengevaluasi penelitian
naratif
Sebagai salah
satu bentuk penelitian kualitatif, penelitian naratif perlu konsisten dengan
kriteria penelitian kualitatif. Ada aspek-aspek spesifik naratif dalam membaca
dan mengevaluasi studi naratif yang harus dipertimbangkan. Daftar pertanyaan
berikut ini dapat digunakan untuk mengevaluasi laporan penelitian naratif.
1. Apakah peneliti berfokus pada pengalaman individu?
2. Apakah fokus pada seseorang atau beberapa orang individu?
3. Apakah peneliti mengumpulkan cerita suatu pengalaman
individu?
4. Apakah peneliti malakukan restory cerita
partisipan?
5. Dalam restorying, apakah suara partisipan
terdengar seperti suara peneliti?
6. Apakah peneliti mengidentifikasi tema-tema yang muncul
dari cerita?
7. Apakah cerita ini termasuk informasi tentang tempat atau
latar dari individu?
8. Apakah cerita memiliki kronologis, urutan temporal
termasuk masa lalu, sekarang, dan masa depan?
9. Apakah ada bukti peneliti
berkolaborasi dengan partisipan?
10. Apakah cerita itu cukup menjawab
tujuan dan pertanyaan peneliti?
H. Kekuatan dan Kelemahan Desain Narasi[14]
Kekuatan
|
Kelemahan
|
·
Terlibat secara langsung
·
Memberikan gambaran topic
·
Membantu orang lain memahami topic
·
Data langsung dan lengkap mengenai
topik
|
·
Topik dapat "palsu data"
·
Kepemilikan cerita
|
I.
Contoh hasil
penelitian narasi

J.
Penutup
Penelitian naratif adalah salah satu bentuk penelitian kualitaif dengan
mengedepankan cerita dari individu yang kemudia di atur menjadi sebuah narasi
dengan kadedah penulisan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Donald E. Polkinghorne. 2007.Narasi dalam Penelitian. Di
Sage Publikasi University of Southern
California, Los Angeles.. Volume X Nomor X. Bulan 2.007 XX..dapat di akses
di http://qix.sagepub.com. Dalam
laman google translid http://www.sonic.net/~rgiovan/essay.2.PDF di
unduh pada 10/09/2012.
Hong Lysa.
History Department and the Southeast Asian Studie, National University of Singapore
dalam Sejarah Narasi http://wilkipedia.com/
http://www.sagepub.com/upm-data/13421_Chapter4.pdf
dalam 04-Creswell2e.qxd di posting pada: 2006/11/28 03:39
Page 56
Dr William M. Bauer Penelitian Narasi Desain http://www.marietta.edu/~bauerm/Educ640PP/CH16-Narrative_files/CH
Leonard Webster dan Patricie Metrova (1953),Using
Narrative Inquiry as a Research Method dalam: Metode Penelitian Naratif. http://rumahfilsafat.com/ di posting pada 28/11/2009.
Profesor Pat Sikes dan Ken Gale. 2006. Narasi Pendekatan Penelitian Pendidikan di Inquiry Kualitatif, Fakultas Pendidikan,
Universitas Plymouth, dalam http://ranslate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/narrative/narrativehome.htm/
Santana
K Septian, 2007. Metode Ilmiyah Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta.
Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAIP DKI Jakarta.
Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastara Analisis
Struktur Puisi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
[1]
Storyong:
cerita. Menurut KBBI ce·ri·ta artinya 1 tuturan yg membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb): itulah -- nya ketika kami mendaki Gunung Sumbing;
2 karangan yg menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian
dsb (baik yg sungguh-sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka); 3 lakon yg
diwujudkan atau dipertunjukkan dl gambar hidup (sandiwara, wayang, dsb): film ini -- nya kurang bagus;
4 ki omong
kosong; dongengan.
Dalam hal ini, manusia dalam kehidupanya
berproses dari lahir sampai mati, diamana dalam menjalani berbagai aktifitasnya
manusia memiliki alur kehidupan yang dipengaruhi oleh budaya,waktu,tempat dll
diamana ia berpijak. Pengaruh tersebut menghasilkan kejadian-kejadian yang
sering di pahami sebagai pengalaman, yang pada akhirnya pengalaman
kehidupan individu tersebut akan diceritakan kepada orang lain. Exc: Narasi
tentang seorang tokoh “Abdul Malik Fajar”
[2]
Profesor Pat
Sikes dan Ken Gale. 2006. Narasi
Pendekatan Penelitian Pendidikan di Inquiry Kualitatif, Fakultas Pendidikan,
Universitas Plymouth, dalam http://ranslate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/narrative/narrativehome.htm/ diunduh
pada 10/09/2012 pada 11.35am
[3] Leonard Webster dan Patricie Metrova
(1953),Using Narrative Inquiry as a Research
Method dalam: Metode Penelitian Naratif. http://rumahfilsafat.com/ di posting pada 28/11/2009. di unduh pada
10/09/2011. 09.43 am.
[4] Hong Lysa. History
Department and the Southeast Asian Studie, National
University of Singapore dalam Sejarah Narasi http://wilkipedia.com/ diunduh pada
14/09/2012. 19.30 pm.
[5] Santana K Septian, 2007. Metode Ilmiyah Metode
Penelitian Kualitatif . Jakarta. Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAIP DKI
Jakarta. Hal : 82
[6] Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastara Analisis
Struktur Puisi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal: 37
[8] Donald E.
Polkinghorne. 2007.Narasi dalam Penelitian. Di Sage Publikasi University of
Southern California, Los Angeles.. Volume X Nomor X. Bulan 2.007 XX..dapat
di akses di http://qix.sagepub.com. Dalam laman google translid http://www.sonic.net/~rgiovan/essay.2.PDF di unduh pada 10/09/2012.
12.20am.
[9] http://nopriawanina.blogspot.com/2011/01/desain-penelitian-naratif.html
[10] http://www.sagepub.com/upm-data/13421_Chapter4.pdf
dalam 04-Creswell2e.qxd di
posting pada: 2006/11/28 03:39 Page 56 di unduh pada 10/09/2012 11.24am.
[11] Taksonomi
adalah klasifikasi unsur bahasa menurut hubungan hierarkis; urutan satuan
fonologis atau gramatikal yg dimungkinkan dalam satuan bahasa (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
[12]
ibid
[13]
Dalam Inquiry
Kualitatif dan Desain Penelitian http://www.sagepub.com/upm-data/13421_Chapter4.pdf diunduh
pada 10/09/2012 11.48am.
[14] Dr William M. Bauer Penelitian Narasi Desain http://www.marietta.edu/~bauerm/Educ640PP/CH16-Narrative_files/CH
saya prnah melakukan studi narasi... rasanya sangat melelahkan
ReplyDeleteMemang agak panjang mengunakan metode ini dakan proses penelitian.
ReplyDelete