menu

Monday, May 13, 2013

WORLDVIEW DAN KONSEP ILMU ISLAMI


WORLDVIEW DAN KONSEP ILMU ISLAMI
Mengkaji Worldview Islam dan Barat Mengenai Terminology serta Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam.
Oleh; Minten Ayu Larassati
Kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok akan memiliki worldview (pandangan dunia) yang dimana setiap kepercayaan, bangsa, peradaban bahkan setiap orang memiliki worldview masing-masing,  dengan mengambil worldview tertentu tatanan kehidupan manusia mengalami perbedaan satu dengan yang lainnya. Munculnya worldview di pengaruhi bebrapa faktor, adapun faktor dominannya adalah sistem kepercayaan, kebudayaan, agama, filsafat, tatanan nilai dan masih banyak lagi.
Terminology beberapa ahli Barat menjelaskan worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral (Ninian Smart). Worldview adalah sistim kepercayaan dasar yang integral tentang diri kita, realitas, dan pengertian eksistensi (An integrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence) (Thomas F Wall). Worldview adalah asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dengan begitu aktifitasnya dapat direduksi kedalam pandangan hidup (Prof.Alparslan). Setiap aktivitas  manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktivitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup. (The foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview and as such it is reducible to that worldview)
Dari ketiga devinisi tersebut terdapat tiga poin besar yang ada dalam worldview yaitu satu, worldview adalah motor perubahan sosial. Dua, asas bagi pemahaman realitas, dan tiga, asas bagi aktifitas ilmiah. Elemen pembentuk worldview Barat menurut Thomas F Wall adalah kepercayaan kepada Tuhan, konsep ilmu, konsep realitas, konsep diri, konsep etika, dan masyarakat. Sedangkan menurut Ninian Smart unsur yang membentuk worldview adalah doktrin, mitologi, konsep etika, ritus, pengalaman dan kemasyarakatan.
Dalam terminology Islam worldview dimaknai sebagai al-tasawwur al-Islami oleh Sayyid Qutb , Al-Mabda’ al-Islami oleh Syaikh ‘Atif al-Zayn, Islam Nazariyyat oleh al-Mawdudi, dan ru’yat al-Islam lil Wujud oleh Syed Mohammad Naquib al-Attas. Pertama, Al-tasawwur al-Islami adalah akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi  gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat di sebalik itu. Kedua, Al-Mabda’ al-Islami. Al-Mabda’ adalah aqidah fikriyyah  (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal, sebab setiap Muslim wajib beriman kepada, hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad SAW,  al-Qur’an, hal-hal yang ghaib. Yang di maksud Al Islami adalah agama Islam sebagai Din yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya. Ketiga, Islami Nazariyat adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya. Keempat, ru’yaat al-Islam lil-wujud (pandangan Islam tentang wujud) adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total.
Setiap worldview memiliki elemen atau unsur  yang membentuk, sehingga ia dapat secara kuat di jadikan sebagai pandagan hidup. Adapun Unsur pembentuk worldview Islam menurut Shaykh Atif al-Zayn adalah konsep wahyu, konsep Din-daulah, kesatuan spiritual dan material.  Sedang Sayyid Qutb menjebarkan unsur pembentuknya adalah suatu keseluruhan, dipisahkan oleh elemen, atau bagian (juz'), dan menurut Naquib Al-Attas unusr pembentuknya antara lain yaitu konsep tentang hakekat Tuhan, konsep Wahyu (al-Qur’an), konsep penciptaan, konsep jiwa, konsep ilmu, konsep Din,konsep kebebasan, nilai dan kebajikan, konsep  kebahagiaan.
Devinisi tersebut melahirkan gejolak luar biasa yang melahirkan gerakan orientalisme dan scularism, yang memisahkan antara Barat dan timur (Islam). Untuk melihat lebih jelas perbedaan tersebut maka hal yang dilakukan adalah membandingkan kedua pandagan antara worldview Islam dan Barat. Perbedaan tersebut diambil berdasarkan asas, pendekatan, sifat, makna realitas dan kebenaran, obyek kajian, dan elemen-elemen yang menyusunnya.
Worldview Barat berisi; Satu, asasnya menggunakan tumpuan berfikir yang sumbernya berdasarkan rasio manusia  dan spekulasi filosofis. Dua, pendekatan yang diambil adalah dengan metode pendekatan dichotomy, dimana pendekatan ini membagikan atas dua kelompok yang saling bertentangan. Tiga, hasil kajian kebenarannya bersifat rasionalitas, terbuka dan selalu berubah. Empat, pemaknaan realitas dan kebenaran mempertimangkan pandangan sosial, kultural, empirisisme pengetahuan, dan rasionalitas manusia. Lima, objek kajian berupa tata nilai yang ada di masyarakat. Enam, Elemen-elemen pandangan hidup diambil berdasar agama, moralitas, filsafat, politik, kebebasan, persamaan, dan individualisme. Dari ke enam hal tersebut maka worldview Barat menempatkan agama sebagai salah satu elemen dari peradaban.
Berbeda dengan worldview Islam dimana; pertama, asasnya menggunakan tumpuan brifikir berdasarkan wahyu, hadith, akal, pengalaman, dan intuisi. Dua, pendekatan yang diambil adalah dengan pendekatan Tawhidi. Tiga, hasil kajian kebenarannya bersifat otentisitas dan finalitas. Empat, pemaknaan realitas dan kebenaran mempertimbangkan kajian metafisi yang berasaskan wahyu. Lima, Objek kajian berupa invisible (tak kelihatan; tak terlihat) dan  visible (kelihatan sekali, terang jelas dan nyata) ‘Ālam al-Mulk & ‘Ālam al-Syahādah. Enam, Elemen-elemen pandangan hidup diambil berdasar konsep Tuhan, konsep wahyu, penciptaan, manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai dan moralitas. Dari keenam hal tersebut maka worldview Islam menempatkan Agama sebagai asas seluruh elemen peradaban.
Barat yang menempatkan agama sebagai salah satu elemen dari peradapan maka Worldviewnya menghasilkan grakan pluralism, liberalism, nihilisme, anti-otoritas, anti worldview, equality, empiric, dan relativism.  Telah kita ketahui worldview gerakan Barat dapat mengkaburkan kebenaran dan ajaran, sehingga worldview Barat dapat masuk kedalam tatanan worldview Islam adapun tatanan dari hasil gesekan tersebut menghasilkan gerakan yang berupa kesamaan agama, feminisme, gerakan gender, kritis terhadap otoritas ulama dan ilmu-ilmu dalam Islam, kritis terhadap al-Qur’an, hermeneutika, HAM, dan dekonstruksi/anti syariah.
Dengan worldview Islam yang menempatkan agama sebagai asas seluruh elemen peradaban, salah satunya akan mewujudkan tradisi intelektual Islam. Dimana tradisi intelektual dalam Islam mengiringi munculnya disiplin ilmu-ilmu misalnya ilmu-ilmu fikih, kalam, hadits, faraidh, falak dan lain sebagainya. al-Suffah di Madinah adalah Salah satu bukti sejarah akan adanya masyarakat ilmuwan atau kelompok belajar atau sekolah yang menggunakan tradisi Islam sebagai pandagan hidup  ilmiyah.  Framework yang dipakai pada awal lahirnya tradisi keilmuan sudah tentu adalah kerangka konsep keilmuan Islam (Islamic conceptual scheme). Indikasi adanya kerangka koseptual ini adalah usaha-usaha para ilmuan untuk menemukan beberapa isltilah teknis keilmuan yang canggih.
Berlanjut pada padangan dunia Islam berpuasat pada aqidah tauhid, dimana ini adalah salah satu dari tujuh karekteristik pandagan hidup Islam menurut Sayyid Qutb yaitu; Rabbanniyyah (bersumberdari Allah),  bersifat tahabat (konstan), bersifat shumul (konprehensif), tawazun (seimbang), ijabiyyah (positif), waqi’iyyah (prakmatis), Tauhid (keesaan). Bertumpu dan berpusat artinya dijadikan tempat berpijakan berpumpu dalam menjalani kehidupan. Konsep Tuhan dalam Islam adalah sentral dan tidak sama dengan konsep yang terdapat dalam tradisi keagamaan lainnya. Karakteristik ini menjadi karekteristik yang mendasar dari pandagan hidup Islam dimana pernyataan bahwa Tuahan itu adalah Esa dan segala sesuatu diciptakanNya. Karena itu tidak ada penguasa selain Dia, tidak ada legislator selain Dia, tidak ada siapapun yang mengatur kehidupan manusia dan hubungannya dengan dunia dan dengan manusia serta mkhluk hidup lainnya kecuali Allah. Petunjuk undang-undang dan semua sistem kehidupan, norma atau nilai yang mengatur hubungan antara manusia berasal dari padaNya.
Tauhid dalam tatanan praktis mesti menjadi komitmen keimanan terhadap Allah, keluar dari komitmen ini berarti keluar dari lingkaran tauhid, bahkan bisa dikatakan fasiq atau kufur. Nyata, dari komitmen ini setiap pemberhalaan adalah sesuatu yang harus dihilangkan dari kehidupan umat. Tauhid dalam makna universal merupakan paradigma teologis yang bersifat memerdekakan atau membebaskan manusia. Ekses tauhid ialah membebaskan manusia dari rantai idolisme, memerdekakan manusia dari kemapanan yang menyesatkan. Tauhid merupakan komitmen menyeluruh, mendasar, menjadi patokan bahwa sumber dan dasar kehidupan adalah Allah, dan bermuara pada aksi kemanusiaan.
Pandangan tauhid berpatokan pada komitmen meng-Esakan Tuhan (unity of Good head) akan melahirkan konsepsi ketauhidan yang lain, dalam wujud keyakinan akan muncul kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan pedoman hidup (unity of guidance), dan kesatuan tujuan hidup (unity of tbe purpose of life) umat manusia. Kelima sudut pandang ini menjadikan tauhid terpencar-pecar sebagai energi baru untuk mengaktualkan semangat ketuhanan dalam sistem sosial dan politik, hingga ruang publik sebagai representasi ruang sosial dilingkupi oleh semangat transcendental.
Implikasi tauhid terhadap pengembangan dan perkembangan pemikiran dan peradaban adalah dengan kemunculan institusi-institusi di berbagai bidang. Tauhid merupakan dasar pandangan, tradisi, budaya, politik dan peradaban masyarakat muslim. Diaplikasikan dengan  ikrar kesaksian bahwa Tuhan (Allah) adalah Esa dan tidak ada sesuatu  yang lain yang menyekutui-Nya bukan sekedar pernyataan verbal individual semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan ke-Esa-an itu sebagai basis utama bagi pembentukan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan masyarakat manusia.
Mengimplementasikan tauhid dalam tatanan politik yaitu dengan mengikuti segala aturan-aturan yang telah disebut dalam al-Qur’an dan sunnah. Selain itu implikasi tauhid terhadap pengembangan dan perkembangan pemikiran dan peradaban adalah dengan kemunculan institusi-institusi di berbagai bidang yang berlandaskan Islam, misalnya pendidikan Islam, seni Islam, etika Islam, ekonomi Islam yang penting seperti bank Islam, asuransi Islam, pasar modern Islam dan sebagainya.  Bukti tersebut membuktikan bawa agama Islam adalah agama sekaligus peradaban. Dengan polanya, Ia dapat mempengaruhi perkembagan dunia. Perkembangan Islam dijaman modern ini adalah sebagai bukti bahwa selagi ada Islam, selagi itu pula Islam mampu untuk menjadi peradaban yang memimpin dunia akan tetap ada.
Pengaruh worldview non Islam misalnya secularism dan liberalism adalah dekonstruksi makna Islam, sehingga salah satunya sampai pada kesimpulan bahwa Islam bukan nama agama Allah yang sempurna, final dan benar. Untuk menaggapi hal tersebut perlu ada pembantahan secara tegas agar pandagan seperti itu tidak membahayakan bagi generasi muslim. Adapun salah satu cara adalah pertama, dengan  pemahaman konsepsi Tauhid atau ajaran Monotheisme dalam Islam disebut suatu konsepsi tertinggi dalam ajaran ke-Tuhanan (The Highest conception of Godhead). Karena ajaran ini dengan sendirinya menolak setiap bentuk ideologi dan falsafah diluar konsepsi tauhdid tersebut. Kedua, konsepsi Tauhid Uluhiyah harus konsisten terhadap hukum wahyu dalam gagasan keyakinan dan pelaksanaannya. Tanpa konsistensi keyakinan ini secara gagasan maupun gerak akan dinyatakan sebagai syirik (musyrik). Ketiga, Realisasi dari tauhid uluhiyah ini adalah pengabdian (ibadah) hanya kepada Allah. Keempat, perlu dipahami bahwa konsep normative Tuhan adalah wahyu. Kelima, pemahaman mengenai bahaya secularism dan liberalism, dimana bahwa secularism ditinjau dari sudut pandang agama adalah sebuah ajaran yang tidak dapat diterima sebab scularism adalah seruan utnuk mempergunakan hukum jahiliyah atau hukum positif yang di ciptakan manusia, bukan hukum yang di tutunkan oleh Allah SWT.
Jika ada orang yang mengtakan sesungguhnya Islam sekedar agama saja dan perananya hanya pembersih jiwa, penegak syariat dan tidak ada hubungannya dengan Negara, dasar perundang-undangan, urusan politik, dan ekonomi. Ketika itu terjadi maka kita waib mengembalikan segala masalah-masalah dan urusan kepada Allah, karen dengan mengembalikan itu kita berpedoman kepada kitabNya (al Qur’an), sementara makna mengemablikan segala urusan kepada Rasul adalah pedoman kepada sunah Rasulullah saw.